Berikut kilas balik sejarah tentang seputar Koran, dan kali ini kita menulis apa nama koran pertama kali di Dunia.
Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya.
Perkembangan surat kabar di Indonesia pasca Orde Baru bak jamur yang menyebar di musim hujan. Apalagi setelah runtuhnya orde baru lahi UU Nomor 40 1999 yang menjaga kebebasan pers. Perkembangan itu patut kita syukuri. Banyak hal akhirnya bisa kita ketahui melalui media.
Namu apakah banyak yang tahu soal sejarah pers di dunia? Masih terlalu sedikit orang yang mau menggali tentang sejarah persuratkabaran pertama di dunia. Salah satu faktormya adalah kuragnya kesadaran tertib administrasi pada zaman dahulu. Hal ini mengakibatkan banyak arkeolog atau sejarawan yang ingin menulis tentang persuratkabaran mengalami kesulitan karena kurangnya data-data sejarah atau teks-teks lama yang membicarakan tentang hal ini.
Lepas dari semuanya itu, patut kita acungi jempol bagi Kekaisaran Roma yang cukup sadar akan pentingnya sebuah pencatatan, bahkan dalam hal pemberitaan. Julius Caesar adalah salah satu kaisar yang sadar bagaimana mengkonstruksi pemikiran rakyatnya melalui media.
Surat kabar pertama di dunia dalam sejarah jurnalistik adalah “Acta Diuma”. Surat kabar ini lahir pada tahun 59 SM di kota Roma pada zaman Kekaisaran Julius Caesar.
“Acta Diuma” berisikan kebijakan-kebijakan kaisar dan beberapa hal terkait keterangan dari istana yang harus diketahui oleh seluruh rakyat Roma. Bentuknya semacam siaran pers yang ditulis di sembarang benda karena belum ditemukannya kertas saat itu.
Setelah kertas ditemukan pertama kali oleh Tsai Lun (Cai Lun) tahun 105 masehi, barulah surat kabar dibuat dengan menggunakan kertas. Tsai Lun berkebangsaan Tionghoa yang hidup di zaman Dinasti Han.
Pada tahun 1450, Johan Guttenberg atau Johanes Guttenberg memberikan suatu sumbangan besar kepada teknologi saat itudengan menciptakan sebuah mensin cetak. Pria bernama lengkap Johannes Gensfleisch zur Laden zum Gutenberg ini membuat mesin cetak yang mampu mencetak huruf secara tepat, dalam aloy logam huruf (type metal) dan tinta berbasis minyak.
Karya utama mesin cetak, yaitu Alkitab Gutenberg (juga dikenal sebagai Alkitab 42 baris), yang telah diakui memiliki estetika dan kualitas teknikal yang tinggi. Dua ratus jilid salinan Bible Gutenberg pun akhirnya dicetak. Sebagian kecilnya (lebih kurang 50) dicetak di atas kulit lembu muda (velum). Alkitab itu akhrnya dijual di Pameran Buku Franfurt pada tahun 1456. Secara kasar, hampir 1/4 Bible Gutenberg masih ditemukan sekarang.
Di sinilah awal dari sebuah resolusi persurat kabaran dunia. Berkat penemuan kertas dan mesin untuk mencetak tulisan dalam skala yang besar, dan terjadilah ledakan informasi di Era Renaisans kala itu.
Johan Carolus yang berkebangsaan Jerman, mencetak surat kabar pertama, yaitu “Relation aller Fürnemmen und gedenckwürdigen Historien” (Collection of all distinguished and commemorable news). Diterbitkan tahun 1605, di Strasbourg, Alsace, Perancis. Bentuknya masih berupa pamflet, dan dikenal dengan Petisi Carolus. Ditemukan di data arsip Strasbourg Municipal pada tahun 1980, dan dapat dikatakan sebagai awal dari terbitnya surat kabar. Petisi itu berisi kalimat, sebagai berikut :
“Where as I have hit her to been in receipt of the weekly news advice [handwritten news reports] and, in recompense for some of the expenses incurred yearly, have informed yourselves every week regarding an annual allowance; Since, however, the copying has been slow and has necessarily taken much time, and since, moreover, I have recently purchased at a high and costly price the former printing workshop of the late Thomas Jobin and placed and installed the same in my house at no little expense, albeit only for the sake of gaining time, and since for several weeks, and now for the twelfth occasion, I have set, printed and published the said advice in my printing workshop, likewise not without much effort, inasmuch as on each occasion I have had to remove the formes from the presses ….”
Petisi ini kemudian dibuat secara berkala. Surat kabar didefinisikan berdasarkan kriteria fungsi publisitas, berkelanjutan, terbit secara teratur, dan aktual. Surat kabar pertama milik Carolus ini telah memenuhi definisi tersebut, serta diakui oleh asosiasi surat kabar dunia, sebagai surat kabar yang pertama pada tahun 2005.
Surat kabar tertua di dunia yang hingga saat ini masih terbit (walau sekarang menggunkan Online) adalah “Post–och inrikes Tidnigar” dari Swedia. “Post–och inrikes Tidnigar” atau PoIT (Bahasa Swedia: Suarat Kabar Pos dan dalam Negri) ialah surat kabar dan lembaran nasional Swedia, dan badan pengumuman resmi negeri ini seperti pernyataan bangkrut atau lelang. Surat kabar ini juga badan iklan yang kuat, pemasang iklan terbesar ialah Kantor Paten dan Registrasi Swedia.
Awalnya didirikan pada 1645 oleh Ratu Kristina dan Kanselir Axel Oxenstierna sebagai pandangan bagi pemerintah untuk menyuarakan pandangan resminya. “Post-och Inrikes Tidningar“ adalah gabungan 2 surat kabar sebelumnya, surat kabar asing dan surat kabar dalam negeri. Pada 1791, Gustav III menunjuk Akademi Swedia untuk menyalurkan dan menerbitkan surat kabar itu, yang kini berlanjut.
Pada tahun 2000, “Post-och Inrikes Tidningar” diterbitkan online di PointLex, dan semua edisi dari 1771 hingga 1860 tersedia di Project Tiden. Penerbit terkini “Post-och Inrikes Tidningar” ialah Horace Engdahl yang juga sekretaris tetap Akademi Swedia. Sejak 1 Januari 2007, edisi kertasnya telah dihentikan, tetapi edisi online-nya tetap ada.
Surat kabar yang terperinci adalah “Journal An Sou de Nouvelle” yang terbit di Perancis pada masa Napoleon Bonaparte, abad ke-17, berisi tentang perjalanan tentara Napoleon dari Paris menuju Napoli di Italia.
Namun, banyak orang meyakini, bahwa tren surat kabar dengan format yang kita kenal seperti sekarang ini, pertama kali dicetak di Inggris pada tahun 1621, oleh Stanley Morison.
Adapun surat kabar pertama yang terbit di Indonesia adalah Batavia Nouvelles.